Pertama, pandangan yang memasukkan nilai pada pengalaman. Titik disamakan dengan hal yang menyenangkan kita, disamakan dengan yang diinginkan, ini merukapan objek dari minat kita yang termasuk pada gejala psikis. Kesenangan, keinginan dan minat merupakan pengalaman dengan demikian nilai semata-mata di masukkan pada pengalaman pribadi.
Kedua, bahwa nilai adalah hakikat pemikiran akan nilai sebagai yang tidak sementara memberi dukungan pada pandangan yang menganggap bahwa nilai tergolong pada objek ideal yang merupakan hakikat atau esensi dan ketiga melihat nilai sebagai yang berada bukan pada diri sendiri melainkan pada benda-benda pada umumnya pembawa nilai tersebut berupa subtansi badaniah yang dapat di indera. Dan titik seolah-olah merupakan bagian dari benda yang bernilai tersebut misalnya keindahan tidak dapat berada pada dirinya sendiri, sebagai yang melayang di udara, melainkan menyatu pada objek fisik, yaitu misalnya pada kain, marmer atau perunggu. Namun demikian nilai tidak termasuk salah satu dari ketiga bidang realitas tersebut baik pengalaman bidang hakikat maupun barang atau bagian dari barang sehingga pengertian nilai perlu dicari dan dijelaskan.
Sebagaimana telah ditunjuk diatas, nilai memiliki kemungkinan tidak berada dalam dirinya sendiri, nilai membutukan sesuatu untuk mewujudkannya atau suatu sebagai pembawah nilai (carrier of value). Dengan demikian nilai tampak pada kita sekedar sebagai kualitas dari pembawanya, misalnya keindahan darisuatu gambar, kegunaan dari suatu alat. Namun bila kita megamati gambar atau alat tersebut kita akan melihat bahwa kualitas nilai berbeda dengan kualitas-kualitas lainya. Dalam obyek yang kita sebut itu terdapat beberapa kualitas yang kelihatanya pokok bagi keberadaan obyek bersangkutan, misalnya: keluasan, bentuk, bobot. Tak satupun obyek tersebut akan berada jika salah satu kualitas ini hilang. Kualitas tersebut termasuk dalam kualitas utama.
Masih ada kualitas yang berbeda dengan kualitas utama ini, yaitu kualitas indrawi sebagai kualitas kedua, yaitu meliputi warna, rasa, dan bau. Baik sebagai kesan subjektif atau sebagai yang berada pada objek, yang jelas bahwa setiap benda memiliki warna secara obyektif empiris berada pada realitas objek, meskipun secara subjektif juga tergantung pada subjek yang menangkapnya. Tidak ada benda yang tanpa warna atau dikatakan bahwa warna merupakan hal yang ikut menentukan keberadaan benda. Sedangkan keindahan atau kegunaan, sebagi kualitas nilai, bukan merupakan bagian yang menentukan bagi keberadan objek, sebab barang yang tidak memiliki nilai keindahan dan kegunaan tersebut dapat memiliki keberadaannya.
Paham yang mengatakan bahwa nilai merupakan kualitas empiris berarti kita dapat mengalami dan memahami secara langsuang kualitas yang bersangkutan yang terdapat pada suatu objek tertentu, atau dapat juga berarti bahwa akal kita secara langsung mengetahu kualitas tersebut sebagai pengertian semesta. Dengan demikian suatu objek yang indah terlihat indah atau keindahan secara akali langsung dipahami sebagai kualitas suatu objek. Untuk membedakan dengan kedua jenis kualitas di atas, karena kualitas nilai dalam perwujudanya di dunia indrawi ini tidak dapat ada pada dirinya sendiri nilai termasuk dalam gologan objek yang tidak independent merupakan objek yang tidak memiliki subtansi. Nilai tidak dapat wujud dalam realitas indrawi tanpa didukung oleh objeknyata, dan keberadaannya di dunia ini nilai mudah rusak atau bahkan mudah terhapus. Sementara kualitas utama sebagaimana dijelaskan diatas tidak dapat dihapuskan dari obyeknya.
Jika nilai merupakan suatu kualitas objek atau perbutan tertentu, maka objek dan perbutan tersebut dapat didefinisikan berdasarkan atas nilai-nilai, tetapi tidak mungkin sebaliknya. Sebuah kualitas sebagai pengertian semesta (universal) tidak dapat dialami melalui alat-alat inderawi, hanya objek-objek yang memiliki kualitas tertentu dapat dialami secara inderawi.
0 komentar