Pondok Modern Gontor Ponorogo Jawa Timur

Pondok Modern Gontor terletak di sebuah desa kecil yang bernama Gontor yang berada di wilayah Kecamatan Mlarak, Kabupaten Daerah Tingkat II Ponorogo Jawa Timur. Pada tanggal 9 Oktober 1926, Pondok Darussalam Gontor didirkan oleh tiga orang bersaudara yaitu, KH Ahmad Sahal, KH
Zainuddin Fanani dan KH Imam Zarkasyi.

Pondok Modern Gontor berkembang sangat pesat, dan sekarang jumlah santrinya sudah sesuai kapasitas maksimal, yaitu 3,200 santri putra. Para santri tersebut berasal dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri, antara lain Somali, Malaysia dan Singapura. Dibangun di atas tanah seluas 8,5 hektar berdiri mesjid utama Pondok Modern Gontor yang menampung sekitar 4,000 jemaah. Selain fasilitas tersebut, Pondok Modern Gontor juga memiliki berderet bangunan gedung sekolah, asrama, perpustakaan, aula dan perkantoran yang minimal dua lantai dan usaha pertanian di atas tanah wakaf seluas lebih dari 250 hektar. Pondok Modern Gontor juga memiliki pondok khusus santri putri yang terletak di Mantingan, Kabupaten Ngawi dengan 1,280 santri putri. Tetapi perkembangan pondok bukan hanya dalam hal fisik. Hadirnya lebih dari 135 pondok alumni dan pondok cabang yang dikembangkan oleh sebagian dari sekitar 18,000 alumni.

Perbedaan utama di antara sistem baru KMI ini dan sistem pendidikan tradisional yang diajar di pondok pesantren lain adalah sistem modern ini tidak menggunakan sistem pengajaran wetonan (massal) dan sorogan (individual). Para santri dididik dan diajarkan pada madrasah KMI yang berjenjang dari kelas satu sampai kelas enam, setaraf SMTP dan SMTA. Kini santri kelas enam bisa mengikuti ujian persamaan dengan madrasah aliyah dibawah Department Agama.

Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor Ponorogo (Jatim) sampai berumur 80  tahun semakin kuat jati dirinya, dan berkembang pesat dengan 3.200 santri - sesuai kapasitas maksimal. Santri pondok berasal dari seluruh Indonesia bahkan dari luar negeri, antara lain Somalia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Australia. Para santri diasuh lebih 200 ustadz (guru), sebagian besar bergelar master lulusan luar negeri seperti Mesir, Arab Saudi, Pakistan.

Di atas tanah 8,5 hektar itu berdiri mesjid utama dua lantai yang menampung sekitar 4.000 jemaah. Berderet bangunan gedung sekolah, asrama, perpustakaan, aula dan perkantoran yang minimal dua
lantai. Kini juga berdiri kompleks pondok kedua seluas dua hektar di Siman, selain kampus baru Institut Studi Islam Darussalam (ISID) di atas tanah lima hektar dengan deretan gedung berlantai tiga.

Aset pondok lainnya adalah 25 unit usaha yang dikelola oleh Koperasi La Tansa, antara lain berupa penggilingan padi, toko buku, apotek, balai kesehatan, toko, depot bakso, warung ayam panggang, Wartel, dan usaha pertanian di atas tanah wakaf seluas lebih dari 250 hektar.


Dalam perkembangan dibangun pondok khusus santri putri di Mantingan, Kabupaten Ngawi - 1.280 orang santri. Pondok putri memiliki dua cabang - Pondok Modern Darul Ma'rifah di Kediri dan Darul Muttaqin di Banyuwangi. Perkembangan pondok bukan cuma dalam hal fisik. Ada yang lebih berarti dan memberikan kontribusi yang besar bagi umat, masyarakat serta bangsa. Hadirnya 135 pondok alumni yaitu pondok model Darussalam Gontor yang dikembangkan oleh sebagian dari sekitar 18.000 alumni.

Kontribusi lain yang tak kalah pentingnya adalah pengembangan sistem budaya di kalangan santri dan umat Islam. Dr Nurcholish Madjid, alumnus Gontor, menunjuk kebebasan berpikir dan sikap toleransi sebagai kontribusi besar. Dalam kebebasan berpikir itulah alumni Gontor terus terpanggil melakukan ijtihad (pembaruan), tidak mudah terpola secara jumud (lamban). Sekaligus mendobrak tradisi sami'na wa atha'na (mendengar dan patuh) pada kiai. "Sami'na wa atha'na para santri adalah kepada aturan, sistem pondok modern. Santri tidak dididik mengkultuskan individu, sekalipun itu kiainya," ujar Amal Fathullah Zarkasyi MA, anggota Dewan Wakaf Gontor. Gontor telah memberi makna bagi masyarakat sekitarnya. Bupati Ponorogo Markum Singodimejo mengakui, Gontor membawa Ponorogo go internasional. Mengalirnya uang ke Ponorogo melalui kiriman untuk para santri ikut mendinamisasi perekonomian dan menambah pendapatan warga sekitar pondok. Pemda bisa bekerja sama untuk pelbagai macam kegiatan pelatihan. Sumbangan paling nyata, Gontor  menyumbagkan sumber daya manusia yang menjadi pionir pembangunan.

0 komentar